Dataran Tinggi Mutis; Mama dan Perjuangan Dibalik Kabut dingin
- August 24, 2023
- Posted by: komida
- Categories: Artikel, Inspirasi
“Mama Yuliana Bai: Inspirasi Perjuangan dan Cinta pada Tenun Ikat “
mitradhuafa.com,-Soe. Di balik kabut tebal yang begitu dingin menyelimuti pegunungan Mutis, beragam kisah mama-mama terus menginspirasi, tentang perjuangan kaum perempuan yang terus gigih menghidupi setiap dapur keluarganya.
Mama Yuliana Bai, satu dari dari banyak sosok mama yang menginspirasi, adalah salah satu anggota dari KSP Mitra Dhuafa di Soe, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, mengajarkan kepada kita arti dari ketekunan, dedikasi, dan cinta terhadap warisan budaya.
Pagi itu kami bergegas berangkat menuju center meeting di kaki Pegunungan Mutis, Soe. Perjalanan kami masih diselimuti kabut, hawa dingin menembus pori, kami terus menembus perjalanan dengan roda dua, yang sesekali hampir jatuh karena jalanan begitu licin dan berlumpur.
Usia senja kian dilalui, Mama Yuliana Bai telah menjadi sosok inspiratif bagi masyarakat. Setiap hari, ia bangkit dengan semangat yang tinggi, menghadapi kabut yang menyelimuti daerah pegunungan, untuk menjalankan usaha jualan kue dan menenun tenun ikat dengan hanya alat yang sederhana. Kesehariannya membuka kios dan merajut benang-benang menjadi tenun ikat yang mempesona, terlebih dengan motif budaya pengunngan Mutis yang magis.
Mengangkat Budaya Lokal Melalui Tenun Ikat
Tenun ikat menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur, sebagai contoh, Mama Yuliana Bai telah mengambil peran penting untuk menjadi bagian dalam mempertahankan dan mengembangkan warisan budaya ini. Dengan tangan terampilnya, ia menciptakan karya tenun ikat yang memikat, dengan harga yang mencerminkan kesulitan dan nilai seni yang terkandung di dalamnya.
Salah satu hal yang membuat Mama Yuliana Bai begitu istimewa adalah kemampuannya untuk menggabungkan motif tradisional dengan inovasi kontemporer. Setiap potongan tenun yang ia hasilkan adalah cerminan dari pengalaman hidupnya, keindahan alam sekitarnya, dan warisan budaya yang ingin ia wariskan kepada generasi mendatang.
Perjalanan Perjuangan
Perjalanan Mama Yuliana Bai tidaklah mudah. Dalam usia yang tidak muda lagi, ia terbiasa beraktifitas dipagi buta berselimut kabut yang dingin selalu bekerja keras setiap harinya. Kabut tebal yang menyelimuti daerah pegunungan membuat perjalanan dan produksi menjadi lebih sulit, namun hal ini tidak pernah memadamkan semangatnya. Bahkan, tantangan-tantangan itulah yang membentuk ketangguhan dan tekadnya untuk terus berjuang.
Tidak hanya sebagai pengrajin tenun ikat, Mama Yuliana Bai juga merupakan sosok panutan di masyarakatnya. Rumahnya menjadi ruang bersama anggota KOMIDA berkumpul setiap minggunya, Ia senantiasa memberikan dukungan kepada para generasi muda untuk tetap melestarikan tradisi dan menghargai karya seni lokal. Ia adalah contoh nyata bahwa usia bukanlah penghalang untuk berkontribusi dan menginspirasi.
Karya dan Dedikasi
Pencapaian Mama Yuliana Bai tidak luput dari perhatian. Karyanya yang memesona dan dedikasinya yang luar biasa dalam melestarikan budaya lokal telah menginspirasi banyak orang. Beberapa tenun ikat ciptaannya bahkan telah laku terjual dengan harga termahal mencapai 2,5 juta rupiah, menegaskan nilai seni dan kerja keras yang ia tanamkan dalam setiap karyanya.
Melangkah Menuju Masa Depan
Mama Yuliana Bai adalah simbol keuletan, semangat, dan cinta pada warisan budaya. Dalam usianya yang telah menginjak 64 tahun, ia terus membuktikan bahwa semangat untuk berkarya dan menginspirasi tidak pernah ada batasnya. Melalui tenun ikatnya, ia menjadi bagian kisah mama Nusa Tenggara Timur dan pegunungan Mutis keluar dari kabut tebal, mengharumkan dunia dengan keindahan budaya lokal yang tak ternilai.
Dalam perjalanan panjangnya, Mama Yuliana Bai tidak hanya menciptakan karya seni, tetapi juga mengukir warisan abadi yang akan dikenang oleh banyak generasi yang akan datang. Ia adalah bukti hidup bahwa dedikasi dan cinta pada budaya dapat menginspirasi dan merubah dunia sekitar kita.
Melalui tenun ikatnya, ia menjadi bagian kisah mama Nusa Tenggara Timur dan pegunungan Mutis keluar dari kabut tebal, mengharumkan dunia dengan keindahan budaya lokal yang tak ternilai.